Sholat, ibadah yang menjadi tiang agama, adalah ritual yang tampak sederhana namun menyimpan makna yang mendalam. Ia tidak lebih dari sekadar beberapa menit dalam sehari, tetapi bagi sebagian orang, ia terasa begitu berat. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Perkara yang pertama kali akan dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah sholatnya. Jika sholatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya, dan jika sholatnya rusak, maka rusaklah seluruh amalnya.” (HR. Thabrani)
Sholat bukanlah perkara yang memerlukan tenaga besar atau harta yang melimpah. Ia hanya membutuhkan waktu sejenak, khusyuk, dan keikhlasan hati. Namun, mengapa ada yang merasa berat menjalankannya? Al-Qur’an menjawab:
“Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan sholat. Dan sesungguhnya sholat itu berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS. Al-Baqarah: 45)
Ayat ini menegaskan bahwa sholat akan terasa ringan bagi mereka yang memiliki ketundukan hati kepada Allah. Namun bagi yang hatinya gundah, terbebani dunia, dan lalai dalam keikhlasan, sholat menjadi tugas yang terasa berat, meskipun hanya berdurasi beberapa menit.
Sholat: Beban atau Nikmat?
Seorang mukmin sejati tidak hanya melihat sholat sebagai kewajiban, tetapi sebagai kebutuhan ruhani. Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Wahai Bilal, hiburlah kami dengan sholat.” (HR. Abu Dawud)
Kata “hibur” dalam hadis ini mengisyaratkan bahwa sholat bukanlah beban, melainkan pelepasan dari kesibukan dunia. Sholat menjadi ruang di mana seorang hamba bisa mengadu, bersyukur, dan merasakan kedekatan dengan Rabb-nya.
Namun, bagi yang hatinya terikat pada dunia, sholat bisa menjadi beban yang ingin segera ditunaikan dengan terburu-buru. Tidak heran, Allah mencela orang yang lalai dalam sholatnya:
“Maka celakalah orang-orang yang sholat, (yaitu) orang-orang yang lalai dalam sholatnya.” (QS. Al-Ma’un: 4-5)
Mereka yang sholatnya hanya sebagai rutinitas tanpa penghayatan, kehilangan esensi dari ibadah itu sendiri. Mereka melakukan gerakan, tetapi ruhnya kosong.
Keikhlasan: Kunci Keringanan dalam Sholat
Sholat adalah ibadah yang mudah, tetapi ia menjadi berat bagi mereka yang tidak melakukannya dengan ikhlas. Keikhlasan dalam sholat adalah kunci agar ia menjadi ringan dan menyenangkan. Allah berfirman:
“Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali untuk menyembah Allah dengan ikhlas dalam menjalankan agama.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Ketika seseorang sholat hanya untuk menggugurkan kewajiban atau sekadar karena kebiasaan, ia akan terasa memberatkan. Namun, jika ia melaksanakannya sebagai bentuk cinta dan ketundukan kepada Allah, maka sholat menjadi ringan dan bahkan dirindukan.
Menjadikan Sholat Sebagai Sumber Ketenangan
Sholat bukanlah sekadar rangkaian gerakan. Ia adalah pertemuan antara hamba dengan Rabb-nya. Ia hanya membutuhkan beberapa menit dalam sehari, namun manfaatnya meluas hingga ke kehidupan dunia dan akhirat.
Sholat itu mudah bagi mereka yang ikhlas, tetapi berat bagi mereka yang hatinya lalai. Maka, rahasianya terletak pada keikhlasan dan kekhusyukan. Sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sholatlah seperti engkau melihat Allah, dan jika engkau tidak bisa melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia melihatmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan keyakinan ini, sholat tidak lagi menjadi beban, tetapi menjadi sumber ketenangan. Ia menjadi ruang bertemu dengan Tuhan yang Maha Pengasih, di mana segala resah dunia melebur dalam sujud yang penuh keikhlasan.