Dehills.id

Usaha Menentukan Takdir

Oleh Hasyim Arsal Alhabsi, Direktur Dehills Institute

“Semua hal tunduk kepada takdir, sehingga kadang-kadang bahkan kematian pun merupakan akibat dari usaha.” – Imam Ali bin Abi Thalib.Pernyataan terlihat sederhana ini membawa kita pada refleksi tentang hubungan erat antara usaha manusia dan takdir yang telah ditentukan Allah.

Takdir adalah misteri yang membungkus kehidupan manusia, dan usaha adalah kunci yang membuka jalan dalam labirin yang tak diketahui. Namun, betapa pun kerasnya manusia mencoba, hasil akhirnya tetap berada di tangan Sang Pengatur Segala.Imam Ali mencoba mengajarkan kita bahwa takdir bukanlah rantai yang membelenggu manusia untuk pasrah dalam kemalasan. Sebaliknya, ia adalah panggilan untuk bertindak, untuk berusaha, dan untuk memperjuangkan tujuan hidup.

Takdir dan usaha bukan dua hal yang bertentangan; mereka adalah harmoni yang saling melengkapi, seperti malam dan siang yang bersama-sama melukis kehidupan.Ketika kita berusaha menghindari bahaya, sering kali kita terjebak dalam bahaya lain yang tak terduga. Ketika kita melangkah maju, jalan yang kita pilih bisa saja membawa kita ke arah yang berbeda dari harapan.

Namun, inilah keindahan kehidupan: manusia bebas untuk berusaha, tetapi tetap bersandar kepada takdir yang telah direncanakan oleh Allah. Ini semacam apologi agar manusia tetap berusaha meski hasilnya belum tentu sesuai dengan harapan. Ada hal yang kompleks dan tidak sederhana dalam sebuah pencapaian. Tapi yang tertinggi dari usaha itu adalah “kepasrahan” atas apapun hasilnya. Usaha manusia, dalam pandangan Imam Ali, adalah bentuk ibadah.

Dengan usaha, manusia menunjukkan kepatuhannya kepada Allah, karena bekerja keras adalah bagian dari sunnatullah. Akan tetapi, jika hasilnya berbeda dari yang diinginkan, manusia diajak untuk merenung dan menerima, bahwa takdir Allah selalu lebih bijak dan lebih sempurna dari rencana manusia.Bayangkan seorang petani yang mencurahkan tenaganya untuk menanam benih di tanahnya.

Ia menggemburkan tanah, menabur benih, menyiraminya, dan menanti dengan harap cemas. Namun, ketika badai datang dan menghancurkan ladangnya, petani itu menyadari bahwa ia telah melakukan yang terbaik. Ia tidak menyesali usahanya, sebab ia tahu bahwa hasil panennya bukan hanya soal jerih payah, tetapi juga bagian dari takdir yang telah digariskan.

Dan tentu dia tidak akan menyerah dari satu atau dua usaha menanam yang gagal. “Menanam saja bisa gagal, apalagi tidak menanam?”Begitu pula dalam kehidupan kita. Usaha menentukan bagaimana kita bergerak dalam takdir. Ia adalah alat untuk menjadikan kita hamba yang bertanggung jawab atas pilihan-pilihan kita. Namun, usaha juga mengajarkan kerendahan hati: bahwa ada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan, tidak peduli seberapa besar keinginan kita. Di situlah tawakkal berperan.

Tawakkal adalah pengakuan bahwa usaha tanpa pengharapan adalah sia-sia, apalagi tanpa mengikutsertakan Allah dalam pengharapan tersebut.Pernyataan Imam Ali ini juga menyadarkan kita bahwa hidup bukan tentang memaksakan kehendak, melainkan tentang berjalan seiring dengan takdir yang telah dirancang menyesuai dengan proses dari usaha yang kita lakukan. Bahkan, ketika kematian—sebuah ketetapan yang tak bisa dihindari—terjadi akibat usaha, itu menunjukkan bahwa setiap langkah kita sudah menjadi bagian dari skenario besar Sang Pencipta, namun dibaliknya ada misteri dari mengenali dan memahami “bentuk” takdir.

Apa yang harus dilakukan manusia? Berusahalah tanpa henti, tetapi jangan lupa untuk berserah dan menghadirkan Sang Penentu utama, Allah SWT. Tegakkan kepala di tengah badai, tetapi biarkan hati tetap tunduk kepada kehendak-Nya (akhirnya). Jadikan setiap usaha sebagai bentuk cinta kepada-Nya, karena takdir sejatinya bukanlah sekadar hasil, melainkan perjalanan menuju kebenaran, kebijaksanaan, dan ketenangan batin.

Imam Ali mengajarkan kepada kita pelajaran hidup yang begitu indah: bahwa usaha adalah bagian dari takdir, dan takdir adalah anugerah yang tak terpisahkan dari usaha. Keduanya mengantarkan kita pada pemahaman bahwa kehidupan ini adalah proses bertumbuh, berjuang, dan menerima.

Pada akhirnya, kehidupan yang sejati adalah kehidupan yang dijalani dengan kesadaran bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari rencana-Nya yang sempurna.Kalau sampai di sini, kita masih bertanya, sebenarnya jawaban yang paling sederhana; doa dan usaha adalah agen utama dalam menentukan takdir kita.

Exit mobile version