
Indonesia, sebuah negeri yang diberkahi keindahan alam tiada tara, warisan budaya yang kaya, dan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai gotong royong, mendapati dirinya berada di peringkat ke-80 dalam World Happiness Report 2024. Sebuah angka yang tidak hanya mengejutkan, tetapi juga mengundang tanya besar: apakah ini potret sejati dari kualitas hidup rakyat Indonesia?
Lebih ironis lagi, di laporan yang sama, Israel—sebuah negara yang sepanjang tahun 2024 bergelut dengan konflik panas, serangan rudal, dan demonstrasi massal—berada di peringkat ke-5, jauh di atas negara-negara yang menikmati kedamaian dan stabilitas. Apakah laporan ini benar-benar merefleksikan kebahagiaan, ataukah ada kepentingan politik yang menyusup di balik angka-angka tersebut?
Ketimpangan Antara Data dan Realitas
Peringkat ke-80 yang disematkan pada Indonesia seolah-olah mengesampingkan fakta-fakta penting yang menunjukkan potensi besar negara ini. Sebagai negara dengan jumlah hari libur salah satu yang tertinggi di dunia, antusiasme wisata domestik yang luar biasa, dan tradisi kebersamaan yang kuat, Indonesia sejatinya memiliki modal sosial yang besar untuk mendukung kebahagiaan rakyatnya.
Namun, bagaimana mungkin Indonesia dengan kehidupan yang relatif damai berada jauh di bawah Israel, yang sepanjang tahun lalu menghadapi serangan rudal langsung ke kota-kota sipil? Di saat masyarakat Israel hidup dalam bayang-bayang ketakutan akan ledakan dan serangan, masyarakat Indonesia masih menikmati perjalanan wisata, mengunjungi pasar tradisional, dan merayakan berbagai tradisi. Jika rasa aman adalah salah satu indikator kebahagiaan, bagaimana mungkin realitas ini tidak terefleksi dalam laporan tersebut?
Mengapa Peringkat Ini Perlu Digugat?
1. Indikator yang Tidak Proporsional
World Happiness Report menggunakan berbagai indikator seperti dukungan sosial, PDB per kapita, dan harapan hidup. Namun, laporan ini tampaknya tidak memberikan bobot yang cukup besar pada faktor keamanan dan stabilitas. Israel, meskipun memiliki ekonomi yang kuat, berada dalam kondisi konflik yang seharusnya mengurangi tingkat kebahagiaan secara signifikan.
2. Potensi Bias Politik
Tidak bisa disangkal bahwa laporan internasional sering kali terpengaruh oleh kepentingan geopolitik. Penempatan Israel di peringkat ke-5, di tengah konflik memanas, dapat dilihat sebagai cara untuk mempromosikan citra positif negara tersebut di mata dunia. Jika ini benar, maka peringkat kebahagiaan telah kehilangan objektivitasnya.
3. Penempatan Indonesia yang Tidak Proporsional
Indonesia, dengan segala potensinya, seharusnya berada di peringkat yang lebih tinggi. Kesenjangan ini menunjukkan adanya kemungkinan pengabaian terhadap aspek-aspek yang mencerminkan kualitas hidup masyarakat Indonesia, seperti stabilitas sosial, kekayaan budaya, dan rasa kebersamaan.
Menghadirkan Realitas Indonesia
Indonesia adalah negara yang menawarkan banyak alasan untuk bahagia. Dari Sabang hingga Merauke, masyarakatnya hidup dalam keragaman yang harmonis. Tradisi keluarga besar, semangat gotong royong, dan ikatan komunitas menjadi penguat dalam menghadapi tantangan hidup.
Meskipun ada masalah seperti kesenjangan ekonomi dan kemacetan di destinasi wisata, kenyataannya masyarakat Indonesia memiliki kemampuan luar biasa untuk tetap menikmati hidup dalam kondisi apa pun. Semangat ini tidak hanya mencerminkan kebahagiaan, tetapi juga daya tahan sosial yang jarang dimiliki oleh bangsa lain.
Mengapa Indonesia Harus Bergerak?
Pemerintahan Presiden Prabowo memiliki peluang besar untuk menjadikan World Happiness Report sebagai titik balik. Posisi ke-80 ini harus menjadi pemicu untuk memperbaiki kualitas hidup rakyat, tetapi juga untuk menuntut transparansi dalam laporan tersebut. Beberapa langkah yang bisa diambil adalah:
1. Mengadvokasi Metodologi yang Adil
Pemerintah Indonesia dapat meminta peninjauan terhadap metodologi laporan, khususnya dalam mempertimbangkan faktor keamanan dan stabilitas sebagai indikator utama.
2. Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Rakyat
Pemberdayaan UMKM, pemerataan akses pendidikan, dan pengembangan infrastruktur pariwisata dapat menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kebahagiaan rakyat secara nyata.
3. Meningkatkan Citra Indonesia di Dunia
Dengan potensi alam, budaya, dan keragaman yang dimiliki, Indonesia harus lebih aktif mempromosikan diri sebagai negara yang damai dan bahagia di mata internasional.
Refleksi Akhir
Peringkat ke-80 dalam World Happiness Report 2024 adalah tamparan yang membuka mata kita terhadap tantangan sekaligus peluang yang ada. Namun, peringkat ini juga memunculkan pertanyaan besar tentang kredibilitas laporan tersebut, terutama dengan penempatan Israel di posisi ke-5, yang sulit diterima oleh akal sehat.
Indonesia adalah bangsa yang besar, dengan masyarakat yang memiliki jiwa optimisme dan semangat kebersamaan. Mempertanyakan peringkat ini bukan sekadar membela posisi Indonesia, tetapi juga mempertahankan objektivitas dan keadilan dalam menilai kebahagiaan dunia. Sebab, kebahagiaan bukan sekadar angka, tetapi cerminan sejati dari kehidupan yang dirasakan oleh rakyat.
Indonesia layak berada di tempat yang lebih baik—bukan hanya di atas kertas, tetapi juga dalam realitas. Pemerintahan Presiden Prabowo harus menjadikan hal ini sebagai momen untuk membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang pantas dihormati, dihargai, dan diakui sebagai salah satu negara yang benar-benar bahagia.